BERDO’A MOHON PERLINDINGAN DARI HUTANG
Aisyah istri Nabi mengabarkan bahwa ketika Rasulullah SAW shalat, beliau berdo’a:
“Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari adzab kubur, fitnah dajjal terlaknat, dan dari fitnah hidup dan mati. Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari dosa dan hutang”
Pernah seseorang bertanya pada Rasulullah, “Kenapa dengan hutang sehingga engkau harus memohon perlindungan?”, Rasulullah menjawab, “Jika seseorang mempunyai hutang, maka dia akan sering berdusta saat berbicara dan ingkar ketika berjanji
KEUTAMAAN MEMBERI HUTANG
Memberi Hutang Lebih Utama dari pada Bersedekah
Diriwayatkan dari Baridah ra, saya mendengar Rasulullah SAW acapkali bersabda, ”Siapa yang memberi penangguhan hutang bagi orang yang kesulitan, maka dia memperoleh pahala sedekah setiap hari sesuai jangka waktu penangguhannya.” Katanya lagi, “Kemudian saya mendengar Rasulullah SAW acapkali bersabda, “Siapa yang memberi penangguhan hutang bagi orang yang kesulitan, maka dia memperoleh pahala sedekah setiap hari, dua kali lipat dari jangka waktu penangguhannya.” Saya berkata, “Ya Rasulallah, saya mendengar engkau acapkali bersabda, “Siapa yang memberi penangguhan hutang bagi orang yang kesulitan, maka dia memperoleh pahala sedekah setiap hari sesuai jangka waktu penanggguhannya.” Dan saya juga mendengar engkau acapkali bersabda, “Siapa yang memberi penangguhan hutang bagi orang yang kesulitan, maka baginya pahala sedekah setiap hari, dua kali lipat dari jangka waktu penangguhannya.” Kemudian Rasulullah bersabda pada Baridah ra, “Dia memperoleh pahala sedekah setiap hari apabila hutang belum jatuh tempo (belum tiba saatnya pengembalian), dan apabila sudah jatuh tempo (tiba saatnya pengembalian) kemudian dia menangguhkannya, maka baginya pahala sedekah setiap hari dua kali lipat dari jangka waktu penangguhannya
Memberi Hutang Sama Halnya dengan Membebaskan Budak
Diriwayatkan dari Al-Barra’ bin ‘Adzib ra, “Saya mendengar Rasulullah SAW acapkali bersabda: Siapa yang memberi hutang berupa mata uang, susu, atau menghadiahkan jalan setapak, maka sama halnya dia telah membebaskan budak
ORANG YANG MENANGGUHKAN PEMBAYARAN HUTANG PADA ORANG YANG KESULITAN, MAKA ALLAH AKAN MEMBERINYA NAUNGAN PADA HARI YANG TIDAK ADA NAUNGAN KECUALI NAUNGAN-NYA
Abu Qatadah berkata, “Saya mendengar Rasulullah acapkali bersabda, “Siapa yang ingin berbahagia dengan diselamatkan Allah dari malapetaka hari kiamat, maka hendaklah dia menangguhkan hutang bagi orang yang kesulitan atau meringankan nominal pembayarannya
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan ad-Darami. Matan hadits riwayat ad-darami dari Abu Qatadah dari Rasulullah SAW, “Siapa yang memberi keringanan pada orang yang mempunyai hutang padanya atau bahkan menganggapnya lunas sama sekali, maka dia akan berada dalam naungan Arsy pada hari kiamat
JAMINAN AMPUNAN DOSA BAGI ORANG YANG MERINGANKAN NOMINAL HUTANGNYA ORANG YANG KESULITAN
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, “Rasulullah SAW bersabda : Siapa yang meringankan beban yang menumpa orang mukmin, maka Allah akan meringankannya dari beban-beban pada hari kiamat. Siapa yang memberi kemudahan pada orang yang kesulitan, maka Allah akan memberinya kemudahan di dunia dan akhirat kelak. Dan siapa yang menjaga rahasia orang muslim, maka Allah akan menjaga rahasianya di dunia dan akhirat kelak. Allah akan menaungi hamba-Nya selama dia membantu saudaranya
RASULULLAH ENGGAN MENSHALATI MAYIT YANG MASIH MEMILIKI TANGGUNGAN HUTANG
Diriwayatkan dari Salamah bin al-Akwa’ ra, “Kami sedang duduk di sisi Rasul SAW, tiba-tiba datang iring-iringan jenazah. Mereka lalu berkata pada Rasul,
“Shalatilah mayat ini ya Rasulallah.”
Rasul bertanya,“Apakah mayat ini masih memiliki tanggungan hutang?”,
“Tidak”, jawab mereka.
“Apakah dia meninggalkan warisan?”, tanya Rasul.
“Shalatilah mayat ini ya Rasulallah.”
Rasul bertanya,“Apakah mayat ini masih memiliki tanggungan hutang?”,
“Tidak”, jawab mereka.
“Apakah dia meninggalkan warisan?”, tanya Rasul.
“Tidak”, jawab mereka. Maka Rasul bersedia menshalatinya.
Tak berapa lama kemudian, datang iring-irngan jenazah lain, lalu mereka berkata pada Rasul, “Shalatilah mayat ini ya Rasulallah.”
“Apakah mayat ini masih mempunyai tanggungan hutang?”, tanya Rasul.
“Ya”, jawab mereka.
“Apakah dia meninggalkan warisan?”, tanya Rasul lagi.
“Tiga dinar. Maka shalatilah mayat ini.”
“Apakah mayat ini masih mempunyai tanggungan hutang?”, tanya Rasul.
“Ya”, jawab mereka.
“Apakah dia meninggalkan warisan?”, tanya Rasul lagi.
“Tiga dinar. Maka shalatilah mayat ini.”
“Kalian saja yang menshalati,”
lalu Abu Qatadah berkata, “Shalatilah mayat ini ya Rasulallah, saya yang akan menanggung hutangnya,” maka Rasul bersedia menshalatinya
RASULULLAH MENGASIHI ORANG YANG MEMILIKI TANGGUNGAN HUTANG
Aisyah ra meriwayatkan hadits dari Rasulullah SAW, “Siapa dari umatku yang memilki tanggungan hutang dan dia bekerja keras agar dapat melunasi hutangnya tetapi kemudian mati sebelum dapat melunasi hutangnya, mka sayalah walinya.”
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwa seringkali ketika seorang mukmin meninggal pada masa Rasulullah dan dia masih memiliki tanggungan hutang, maka di sisinya Rasul bertanya pada sahabat, “Apakah dia meninggalkan harta yang dapat digunakan untuk melunasi hutangnya?” Jika sahabat mejawab ‘Ya’, maka Rasul bersedia menshalatinya, dan jika dijawab ‘Tidak’, maka Rasul berkata, “Shalatilah sendiri mayat ini.” Tetapi setelah Allah membukakan hati beliau dengan selapang-lapangnya, maka Rasul bersabda, “Aku lebih berhak atas jiwa orang-orang mukmin, maka apabila ada dari orang mukmin yang meninggal dan masih mempunyai tanggungan hutang, maka akulah yang akan melunasinya. Dan apabila dia meninggalkan harta warisan, maka harta itu menjadi hak ahli warisnya.
BERHATI-HATI TERHADAP KELALAIAN TIDAK MELUNASI HUTANG
Diriwayatkan dari Tsaubah ra bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Siapa yang meninggal dan terbebas dari tiga perkara, maka dia masuk surga. Tiga perkara itu yakni dosa besar, hutang, dan dendam.
Muhammad bin Abdullah bin Jahsy ra meriwayatkan, “Kami duduk-duduk di halaman masjid ketika mayat-mayat diwudlu’kan, sedangkan Rasulullah mendongak dan melihat ke langit, kemudian tiba-tiba beliau menundukkan pandangannya dan meletakkan tangan di dahinya seraya berkata, “Subhanallah, subhanallah (maha suci Allah), suara keras apa yang turun?” Kemudian setelahnya kami hanya berdiam diri sehari- semalam sambil berharap- harap cemas sampai fajar menyingsing. Kemudian saya memberanikan diri untuk bertanya pada Rasulullah SAW, “Suara keras apakah yang turun ya Rasulallah?” Beliau menjawab, “Tentang hutang. Demi Dzat yang diriku berada dalam genggamannya, andaikan seseorang gugur di jalan Allah lalu hidup lagi, kemudian dia gugur lagi di jalan Allah lalu hidup lagi, sedngkan dia masih memilki tanggungan hutang, maka dia tidak akan masuk surga sampai dia melunasi hutangnya.
Dan diriwayatkan dari Abu Hurarirah ra, “Rasulullah SAW bersabda: Jiwa seorang
mukmin terbelenggu selama dia masih memiliki tanggungan hutang.
SEMUA DOSA SYUHADA’ DIAMPUNI KECUALI HUTANGNYA
Abdullah bin Amr bin al-‘ash ra meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda, “Semua
dosa orang yang mati syahid akan diampuni kecuali hutang
Dan dalam riwayat Abdullah bin Amr bin al-‘ash yang lain, “Semua dosa orang yang
gugur di jalan Allah akan terampuni kecuali hutang.
BALASAN DI DUNIA DAN AKHIRAT BAGI ORANG YANG TIDAK MELUNASI HUTANG
Abu Hurairah ra meriwayatkan dari Nabi SAW, “Siapa yang mengambil harta seseorang dan dia bermaksud mengembalikannya, maka Allah akan mengembalikan hartanya yang hilang. Sedangkan siapa yang mengambinya dengan maksud melenyapkannya, maka Allah juga akan melenyapkan harta
Diriwayatkan pula dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW pernah bertanya, “Tahukah kamu siapa orang yang bangkrut itu?” Para sahabat menjawab, “Menurut kami, orang yang bangkrut adalah orang yang tidak memiliki dirham dan harta benda.” Lalu Rasulullah bersabda, “Orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa amal shalat, puasa, dan zakatnya. Tetapi di dunia dulu dia pernah mencaci-maki orang, menuduh orang bezina, makan harta orang tanpa hak, pernah membunuh dan memukul orang. Maka amal-amal kebaikannya dibagi-bagi untuk diberikan kepada orang yang pernah didhaliminya dulu, maka jika amal kebaikannya telah habis sebelum mencukupi sebagai ganti, maka dosa-dosa mereka ditimpakan kepadanya lalu dia dicampakkan ke dalam neraka.
ORANG YANG BERMAKSUD MEMBAYAR HUTANG MAKA ALLAH AKAN MEMENUHI MAKSUDNYA
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi SAW bersabda, “Barang siapa berhutang pada seseorang dengan maksud ingin membayarkannya, maka Allah akan memenuhi maksudnya. Tetapi apabila dia berhutang dengan maksud melenyapkannya, maka Allah juga akan melenyapkan hartanya
DOA AGAR DIBERI KEMAMPUAN MELUNASI HUTANG
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, “Rasulullah SAW pernah bersabda pada kami.
Apabila kami beranjak tidur, beliau memerintahkan agar kami membaca do’a:
“Ya Allah tuhan penguasa langit dan bumi, penguasa Arasy yang agung, Tuhan kami dan Tuhan segala sesuatu. Pemberi biji-bijian dan makanan, yang menurunkan kitab taurat, injil, dan al-Qur’an. Aku berlindung kepadamu dari segala keburukan yang hanya engkau yang dapat mencegahnya. Ya Allah, tiada permulaan bagimu dan tiada sesuatu pun yang mendahuluimu. Tiada akhir bagimu dan tiada pula sesuatu pun setelahmu. Engkaulah yang tampak dan tiada sesuatu pun di atasmu. Engkaulah yang tersembunyi dan tiada sesuatu pun di bawahmu. Berilah kami kemampuan untuk membayar hutang dan hindarkanlah kami dari kefakiran.”
BALASAN BAGI ORANG YANG BERKEMAMPUAN MELUNASI HUTANG TETAPI TIDAK MELAKSANAKANNYA
Abu Hurairah ra meriwayatkan dari Nabi SAW, “Penangguhan pembayaran hutang bagi orang yang berkemampuan adalah dhalim. Jika salah seorang dari kamu diberi penangguhan yang lama, maka patuhilah
BERHATI-HATI TERHADAP KELALAIAN TIDAK MELUNASI HUTANG
Diriwayatkan dari Tsaubah ra bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Siapa yang meninggal dan terbebas dari tiga perkara, maka dia masuk surga. Tiga perkara itu yakni dosa besar, hutang, dan dendam
Dan diriwayatkan dari Abu Hurarirah ra, “Rasulullah SAW bersabda: Jiwa seorang
mukmin terbelenggu selama dia masih memiliki tanggungan hutang
Muhammad bin Abdullah bin Jahsy ra meriwayatkan, “Kami duduk-duduk di halaman masjid ketika mayat-mayat diwudlu’kan, sedangkan Rasulullah mendongak dan melihat ke langit, kemudian tiba-tiba beliau menundukkan pandangannya dan meletakkan tangan di dahinya seraya berkata, “Subhanallah, subhanallah (maha suci Allah), suara keras apa yang turun?” Kemudian setelahnya kami hanya berdiam diri sehari- semalam sambil berharap- harap cemas sampai fajar menyingsing. Kemudian saya memberanikan diri untuk bertanya pada Rasulullah SAW, “Suara keras apakah yang turun ya Rasulallah?” Beliau menjawab, “Tentang hutang. Demi Dzat yang diriku berada dalam genggamannya, andaikan seseorang gugur di jalan Allah lalu hidup lagi, kemudian dia gugur lagi di jalan Allah lalu hidup lagi, sedangkan dia masih memilki tanggungan hutang, maka dia tidak akan masuk surga sampai dia melunasi hutangnya.”